Topeng Hias dari Kertas dan Kulit Telur

Medan(MedanPunya.Com) Seni terkadang tak bisa dipandang dalam materi, bahkan dia (seni-red) terkadang jauh lebih berharga dari uang dan harta sekalipun. Inilah yang menjadi pandangan hidup Sucipto, seorang pekerja seni dan pantas pula disebut sebagai salah seorang seniman muda yang hidup di Medan.

Dia berkreasi dalam seni teater di Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU). Tapi ada satu sisi dimana dirinya dipandang unik, sebab, idenya muncul begitu saja membuat topeng hias berbahan kertas yang dilebur, tripleks bekas dan kulit telur.

Sucipto, berkonsentrasi di dunia teater sejak 1987 silam ketika dirinya masih duduk di bangku SMA. Kecintaannya terhadap seni teater ini bermula saat dirinya hanyut dalam pergaulan yangagak menyimpang. Berkelahi, tawuran dan tingkah laku brutal pernah dia lalui. Namun pada akhirnya, dia tersadar oleh satu kejadian yang telah merenggut nyawa sahabatnya. Sahabatnya tersebut tewas bersimbah darah seusai berkelahi dengan warga antar kampung.

Pria berambut gondrong yang lahir di desa Perdagangan, 39 tahun lalu ini juga merasa kecintaannya terhadap seni artistik. Termasuk aksesoris dalam pementasan teater yang dibuatnya berupa topeng hias, bahan yang dibutuhkan hanyalah sampah yang sudah tak terpakai.

Betapa tidak, kertas baik kardus, kotak nasi dan kertas apa saja direndamnya di air dan dihancurkan sendiri dengan tangannya. Kemudian, kertas yang sudah lembut mirip bubur itu dibentuknya dengan beragam wajah manusia yang beralaskan triplek bekas. Pinggiran triplek ini pun dia hiasi dengan kulit telur dan diberi cat. Sucipto melakukan ini hampir setiap hari sembari mengisi waktu senggangnya di Taman Budaya Sumut.

Ketika ditemui di Taman Budaya, dirinya tengah sibuk menyiapkan pementasan yang akan digelarnya dalam waktu dekat ini.

"Topeng hias ini sifatnya pajangan, dengan harapan sampah dan limbah yang sudah diolah seperti ini akan mendapat tempat yang lebih terhormat sebagai hiasan," kata Sucipto pasti.

Idenya yang mengalir begitu saja, diakuinya baru dia lakukan enam bulan terakhir yang diberi respon positif dari beberapa teman-temannya yang salut dengan karyanya ini.

"Ide untuk membuat topeng hias ini baru enam bulan ini, kebetulan kawan-kawan yang lihat memberi respon positif. Ini diawali dengan mengulang memori kanak-kanak saya, kalau dulu waktu masih SMP ada pelajaran prakarya seperti ini juga. Tapi berbeda bentuknya dengan yang ini, cuma berbahan kertas juga. Sekarang, hasilnya ya seperti yang kita lihat ini," ungkap Sucipto tersenyum.

Sucipto mengakui, karyanya ini belum dia jual dengan pemasaran tertentu. Namun jika ada yang berminat membelinya, Sucipto menjualnya dengan harga berapapun yang dinilai pantas. "Topeng hias ini belum dipasarkan secara khusus. Hasil seni itu terkadang tidak bisa hanya dinilai dengan uang saja, tapi jika kawan-kawan ada yang ingin membeli, silahkan bayar berapa saja sepantasnya," ungkap Sucipto.

Karyanya yang terbilang unik ini dinilai sangat pantas untuk menghiasi pementasan seni drama atau teater. Namun kalau kita bayangkan, pantas juga untuk menghiasi hotel-hotel berbintang. Sebab, karyanya ini masih terbilang langka di Medan sebagai seorang seniman serba bisa. Yang ketika dudukpun dia berkarya dalam imajinasinya yang tinggi.

Dengan berbahan sampah sekalipun, Sucipto bisa menghasilkan karya seni bernilai tinggi. Dia mengaku mampu menafkahi hidupnya dari karya seni yang dihasilkannya. Sucipto yang memiliki sanggar bernama 'Siklus In Art' dikelola bersama beberapa teman-temannya di TBSU yang sudah sering menggelar seni-seni pementasan drama dan teater.

"Saya dan teman-teman memiliki sanggar Silkus In Art namanya di taman budaya ini. Saya biasanya berkonsentrasi di wilayah artistiknya, membangun dekorasi dan membuat properti dan aksesoris pementasan teater. Karena setiap orang punya rasa keindahan dan kecintaan sendiri. Niatnya tidak untuk diperjual-belikan. Jadi, bagaimana kita mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekeliling kita. Termasuk sampah sepreti ini, kita buat jadi karya yang bermanfaat," Sucipto menjelaskan.

Kedepan, Sucipto akan memulai karya yang lebih menarik berupa kaligrafi dan pesanan untuk nama orang. Termasuk postur hewan yang imajinatif dan unik. "Kita juga punya EO bernama Jitu Media untuk acara-acara konser dan pementasan lain," katanya lagi.***By Agus Utama
sumber : medanpunya.com

kategori : kerajinan topeng